Tuesday, September 13, 2016

Bahasa dalam Budaya



A.   Pengertian Bahasa Dan Budaya
Bahasa adalah suatu lambang bunyi yang abrbitrer yang digunakan oleh sekelompok orang/sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri ( Kridalaksana dalam chaer 2003:32 ).

Budaya ialah suatu pikirian, akal budi, yang mana didalamnya juga termasuk adat dan istiadat ( KBBI: 2005 :169 ).

Kebudayaan adalah suatu pengetahuan yang dikirimkan dan disebarkan secara sosial, baik itu sifatnya ekstensi, normatif maupun simbolis yang tercermin dalam tingkah laku dan benda-benda hasil karya oleh manusia ( Wilson dalam sibrani : 1992 : 99 ).

Pengertian bahasa dan budaya menurut para ahli

Pengertian bahasa

a.         Menurut Gorys Keraf (1997:1), Bahasa ialah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
b.        Menurut Fodor (1974), Bahasa ialah system simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan system simbol ialah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan system tanda ialah bahwa hubungan tanda serta makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud.
c.         Menurut Bolinger (1981), Bahasa ialah  memiliki system fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi, system morfem serta sintaksis. Untuk mengungkapkan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang dimaksud dengan dunia luar ialah dunia diluar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti ini disebut dengan realita.
d.        Menurut Felicia (2001:1), Bahasa ialah alat yang digunakan untuk dapat berkomunikasi sehari-hari, baik bahasa lisan atupun bahasa tulis
e.         Menurut Sunaryo (2000:6), Bahasa didalam struktur budaya ternyata memiliki kedudukan, fungsi serta peran ganda ialah sebagai akar serta produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengertian budaya
a.         Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
b.        Herskovits, memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
c.         Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
d.        Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
e.         Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

B.   Definisi bahasa dalm budaya

Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa dikatakan kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran bersama dan semua hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat Oleh karena sifatnya tersebut, bahasa adalah aspek terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat, bahasa juga merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada didalalm sebuah kebudayaan dan keduanya sangat berkaitan. Di Indonesia masyarakat Indonesia mempergunakan bahasa Indonesia sebagai wahana dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. bahasa Indonesia kini semakin beragam sebagai sarana komunikasi, baik dalam nada,arti dan cara ucapan. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki bahasa tersendiri,ini merupakan keunggulan dari Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang berperan sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi di wilayah Republik Indonesia juga sudah mulai diminati oleh penutur asing untuk dipelajari. Di luar negeri, telah banyak universitas-universitas dan lembaga pendidikan atau sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia kepada para mahasiswanya/pelajarnya . Berdasarkan kabar yang beredar, Bahasa Indonesia telah diajarkan kepada orang asing di berbagai lembaga, baik di dalam maupun di luar negeri.
Namun pada kenyataannya, di dalam negeri,budaya berbahasa yang baik sudah jarang sekali kita dengarkan. Masyarakat yang asli merupakan masyarakat Indonesia sudah banyak yang gemar menggunakan bahasa-bahasa budaya barat atau bahasa-bahasa pergaulan yang identik dengan bahasa yang kurang baik atau sopan. Banyak modifikasi-modifikasi bahasa yang dilakukan seiring berubahnya zaman di Indonesia.
Pengalaman saya, ketika saya SD mungkin itu adalah zaman terbaik yang saya alami ,karena kepolosannya justru anak-anak lebih sopan atau lebih baku dalam berbahasa walaupun dengan teman sepergaulannya , lalu ketika saya beranjak remaja,sewaktu SMP ,muncul bahasa-bahasa yang saya tidak pernah dengar saat saya SD,banyak bahasa pergaulan yang saya dengarkan seperti bahasa “Ge” contoh : “sagayaga” yang bermaksud untuk mengucapkan “saya”. Atau ada bahasa “Prokem” contoh : “Kenokap lau sendokiran di lokur? “ yang bermaksud untuk mengucapkan “Kenapa kamu sendirian di luar?” dan faktanya bahasa ini telah diminati oleh kaum muda pada tahun 80’an hingga saat ini , lalu ada lagi budaya yang memfisualisasikan tulisan yang diubah-ubah dengan angka atau diubah-ubah dengan capslock “huruf besar” , budaya ini muncul sekitar tahun 2000an yang disebut sebut tulisan millennium, contoh : “aKu L4p3r p3n63N M4k4n” yang bermaksud memvisualisasikan tulisan : “Aku lapan ingin makan” bahasa tulisan ini sempat popular dan banyak yang menggunakannya pada saat saya SMP dahulu ,namun saya tidak pernah menggunakannya karena alasan yang simple yaitu “Susah”dan ”Bertele-tele”. Namun ketika saya SMA dan sekarang menjadi seorang Mahasiswa, bahasa tulisan tersebut disebut dengan bahasa “Alay” atau “Kampungan” entah bagaimana bisa bahasa yang dahulu popular dan menjadi gaya menulis kaum mayoritas sekarang menjadi cibiran dan menjadi kaum minoritas.
Selain bahasa “Ge” , “Prokem” , “tulisan Alay” sekarang mulai bermunculan istilah istilah bahasa baru yang menjadi perkataan harian bagi kaum atau masyarakat Indonesia pada umumnya , pernah mendengar bahasa atau perkataan yang sengaja dibuat cadel? Seperti “Ciyus” “Miapah?” “Celebu” yang bermaksud untuk mengungkapkan kata “Serius”,”Demi apa?” ,”Seribu”. Atau pernah mendengarkan perkataan “Terus gue harus salto sambil bilang WOOW gitu?? “ dan kata-kata “iwhh kamseupay” dan anehnya semua kata-kata bahasa tersebut bermunculan dan popular melalui media masa yang ada diindonesia contohnya di pertelevisian,di radio,bahkan dimedia cetak melalui sarana iklan atau tayangan yang ditonton/didengan oleh banyak orang . saya turut prihatin dengan kondisi masyarakat yang memiliki media yang mempunyai peran salah,media yang seharusnya memiliki peran untuk mendidik sekarang beralih guna menjadi penyesat atau pembuat bahasa-bahasa baru nan aneh dan mirisnya masyarakat mudah menerima dan cepat beradaptasi dengan menggunakan bahasa-bahasa tersebut, dan saya juga banyak mendengar bahasa ini di lingkungan kampus tempat dimana orang-orang berpendidikan belajar.
Pendapat saya terhadap budaya berbahasa masyarakat Indonesia adalah masyarakat Indonesia terlalu mudah meninggalkan bahasa kebesarannya sendiri dengan beralih kepada bahasa pergaulan yang entah siapa yang menciptakannya, dengan adanya perubahan-perubahan pada gaya berbahasa masyarakat Indonesia yang kian kemari kian meninggalkan bahasa asli Indonesia seperti bahasa daerah. Seharusnya kita bisa menjadikan diri kita sendiri sebagai masyarakat yang baik,yang menggunakan bahasa asli Indonesia.
Ada cara untuk terhindar dari bahasa-bahasa pergaulan yang kurang sopan itu contohnya dengan membiasakan diri untuk berbicara halus dan baku seperti zaman SD, dan perbanyak membaca buku dan artikel pengetahuan, karena dari buku dan artikel pengetahuan saya yakin dan menjamin tidak akan ada bahasa-bahasa pergaulan yang tidak baku dan tidak sopan itu. Dan dengan banyak membaca buku dan artikel pengetahuan justru kita akan lebih banyak mendapatkan ilmu dan menambah wawasan dan pastinya otomatis belajar untuk menggunakan bahasa yang sopan,santun,baik dan benar sesuai dengan bahasa kebesaran Indonesia.

C.   Hubungan Bahasa Dengan Budaya
Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan.

Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.

Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.Namun pendapat lain mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi. Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.

Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar siam, dua buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem kebudayaan.
Pendapat lain mengatakan bahwa Bahasa itu merupakan sebuah pemertahanan untuk kebudayaan. Suatu kebudayaan akan mampu dimengerti, dipahami, dan dijunjung tinggi oleh penerima budaya jika mereka mengerti bahasa pengantar kebudayaan itu sendiri. Pendapat lain tentang bahasa, bahasa itu adalah kebudayaan lahir karena sebuah bahasa, sebab tanpa menggunakan bahasa maka tidak akan pernah ada budaya.
D.   Fungsi bahasa dalam berkomunikasi
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.

2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya : integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.

3. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.

4. Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.

5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).

6. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.

7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya : membuat proposal yang menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu laporan.
12. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang

No comments:

Post a Comment

Teori Psikoanalisis, Behaviorisme Psikologi Kognitif dan Pendekatan Humanistik

Bagi para pembaca saya bagikan postingan yang dapat membantu kamu dalam menyelesaikan tugas kuliahmu. Apa yang saya bagikan ini adalah hasil...